EndL3zz Pa1N
Penyesalan Bayangan Hitam Diriku
300107
2;16
Sejak ia pergi…dari hidupku.. Ku Merasa Sepi…
Dia tinggalkan ku Sendiri Disini.. Tanpa satu yang pasti..
Aku tak tau harus bagaimana..
Aku merasa tiada berkawan..
Selain dirimu…
Selain cintamu…
Play a thousand times….(aku tak mau sendiri; BCL)
Selalu terngiang, terdengar dan ada dalam otakku. Bayangan, Amarah dan Kenangan manis itu. Aku masih suka berkhayal dan membayangkan bisa memutar waktu kebelakang. Tapi itu adalah pekerjaan sia – sia. Tapi tetap nyaman untuk kuperbuat. Karena penyesalanku. Karena rasa rinduku dan kehilangan seluruh awan putihku. Bahkan karena penghianatanmu. Aku tetap merasa… Hati ini masih tergores dan mengukir namamu.
Air mataku selalu menetes seperti air bah dari lautan. Mengalir tanpa ada pembatas. Rasa kehilangan yang mendalam. Saat aku harus memilih antara dua jalan. Aku bahkan tak melihat bayangan tubuh kotormu. Mengapa saat aku terpuruk melihat ayahku berteman dengan tanah, engkau bahkan tak ingin menemuiku?? Apa aku adalah manusia paling berdosa hingga tidak ada waktu untukku untuk bersender pada bahumu dan meneteskan rasa sesalku? 1 detik itu terasa sangat berharga saat aku merasa tidak ada lagi yang aku pakai sebagai pegangan dalam tanah dan lautan. Jika aku memang tak pantas untuk ada dan mengotori otakmu dengan kisah hidupku lagi, berikan aku jalan agar bisa terbang bebas. Jangan kau temui bayanganku.
Saat pikiranku terpojok akan lembaran kertas. Saat tanganku kaku mengangkat beban hidup. Saat terik matahari membuyarkan lamunanku. Saat kakiku tertahan oleh batu jalanan. Saat hatiku benar – benar merindukan pelukanmu. Saat aku bahkan hanya membutuhkan teman untuk berbagi cerita.Aku tidak pernah melihat ketulusanmu seperti dulu. Kamu memang telah berbuat banyak untukku. Dan aku telah benar – benar menyakitimu. Tapi… Aku tidak pernah berfikir kalau kamu akan meninggalkanku untuk selamanya bahkan saat aku sadar kalau ayahku tidak ingin bertemu denganku lagi karena ia telah menyatu dengan ibu pertiwi. Aku tidak akan pernah mengira kalau kamu akan menarik belati yang telah menusuk jantungku semenjak 8 tahun lalu.
Saat ini aku sudah berpindah – pindah dari satu atap ke atap yang berbeda. Mencoba berteduh dan bertahan. Tanpa arah dan tidak ada tujuan. Hanya mencoba bertahan. Aku tidak pernah meninggalkanmu. Kamulah yang berjalan meninggalkanku. Aku menyesal tidak bisa menarik tanganmu. Tapi aku harus bisa menerima. Kalau langit berbeda dengan lautan. Kalau laut kadang tidak seramah daratan. Dan sudah seharusnya aku bisa menerima perpisahan…
(aku benar – benar bodoh dan terpuruk ke dasar lautan. Iris tetap terapung dan berlayar. Sementara kurcaci hati hanya melihat dan tidak perduli.)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home