Khayalan dan imajinasiku
Sesaat sebelum Dijemput Dewi Maut
201006
04;35
Mata, hati dan jiwaku mengeja satu nama. Tapi kenyataan, kata –kata dan keputusan yang harus diambil tidak mengeja nama yang sama. Aku hanya bisa menerima. Karena Takdirku berbicara berbeda. Takdirku ingin membuat jalanku semakin penuh dengan tupai dan pisau belati.Tidak menangis atau tertawa. Tapi mulai bersimbah darah dan mengeja kata. Karena hanya hal ini yang membuat jiwaku lebih bermakna. Antara dua dunia. Karena kini aku ada dan terjepit karena dunia itu. Bodoh! Dan Selalu bodoh! Wanita yang bodoh…
Saat aku ingin berontak dan meronta, tenagaku terbuang sia – sia. Juga pikiran dan air yang menetes dari mata. Karena tetap saja pangeran hatiku tak akan menoleh dan tertawa. Tangannya melambai tanpa menoleh lagi. Sehingga malam yang semakin larut dan kelam ini membuatku semakin rapuh dan merasa sendiri. Tidak ada manusia. Hanya dewi kematian yang mulai tersenyum seolah – olah akan mengajakku pergi dan terbang dengan kendaraan bututnya ke tempat penuh binatang malam itu. Aku ingin menolak, tapi tangan dan kakiku sudah terikat erat. Oleh rantai besi dari jiwa – jiwa manusia yang tersesat oleh lidah dan hati mereka sendiri. Lalu aku berkata padanya dengan bahasa otakku,” bolehkah aku berbuat sesuatu sebelum aku ikut dengan kendaraan bututmu?” ia hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu aku pun menggunakan otakku… Membayangkan wajahnya.. berharap telepatiku akan tepat dan membuatku kembali di saat aku masih bisa tersenyum padanya. Berusaha membalikkan fakta dan memperbaiki keadaan yang nyata saat aku terakhir kali masih bisa melihat emosi dan kemarahan otaknya. Mataku terpejam… berusaha memusatkan pikiran agar aku bisa kembali di waktu itu… Dan…..
“Rock your body like……”
Tiba – tiba musik reggaetone terdengar dengan keras… Aku membuka mataku perlahan… Gelap! Tidak ada sinar sedikitpun! Aku berusaha mencari celah dan menatap , dimana aku berada. Aku seperti berada di sebuah ruangan ber – AC yang cukup luas. Ini seperti sebuah kamar hotel. Ada TV besar dan Speaker yang nge – Bass. Tapi tidak ada kasur. Hanya ada sofa panjang. Dengan satu kamar mandi di dalam. Dimana ini? Mataku semakin berusaha melihat dengan jelas. Perlahan dan…. Akhirnya! Aku melihat satu sosok bayangan nyata… Dirimu! Sedang meneguk minuman putih dicampur soda dan jeruk nipis. Tidak peduli dengan sekitarmu… Tetap tenggelam dan menikmati tiap tetes dari minuman penuh kenikmatan sesaat itu. Tapi tunggu… siapa gadis itu??? .. Cantik .. putih dadanya montok dan… Entahlah! Aku tidak mengenalnya. Tapi ia erat memeluk tubuhmu, begitu eratnya sampai terlihat begitu jelas walau dalam kegelapan seperti ini. Pikiranku masih menerka – nerka, dimanakan ini. Kafe? Aku rasa tipe orang sepertimu tidak akan pergi ke sebuah kafe pinggir jalan. Dan dilihat oleh orang kebanyakan. Diskotek? Bukan.. tempat ini terlalu kecil untuk ukuran sebuah diskotek. Lagipula bukankah kamu tidak suka diskotek? Lalu….??? Dimana kamu berada sekarang? Dan dipeluk oleh wanita dengan pakaian tipis sambil meneguk minuman? Mataku memandang sekeliling. Ada 6 orang manusia, 3 orang Lelaki dan 3 orang wanita.Kalian terlihat begitu akrab. Melebihi batas kewajaran. Saling berpelukan dan berciuman. Bahkan kamu…aku lihat dengan jelas!!! SETAN!! Kamu melumat dengan penuh nafsu bibir wanita itu! Tanpa peduli ada aku di ruangan ini! Aku melihat tangan wanita itu memeluk erat punggungmu dan ia terlihat begitu menikmati ciuman nafsu bibirmu! Sialan! Tau begini aku tidak akan membayangkan wajahmu dan berkosentrasi ingin menemuimu untuk terakhir kali, pikirku penuh cemburu! HUH! Dasar LELAKI BUAYA! Lalu aku menutup mata dan berusaha berkonsentrasi untuk kembali ke tempat semula, lebih baik aku tidak mengundurkan waktu untuk terbang bersama dewi kematian, tapi….. mmmm… saat aku membuka mata aku masih melihat ruangan gelap dan aku masih melihat kalian saling berpelukan di depanku.. SHIT! Yang terdengar berbeda hanya musiknya saja. “what in the world that supposed to do…..” Musik triball ini terdengar begitu menghanyutkan. Seperti juga pelukanmu yang begitu menggairahkan menelusuri bagian tubuh wanita dengan pakaian setengah menerawang itu.Aku begitu marah dan cemburu. Ingin kumaki dirimu dan ingin kujambak rambut wanita itu. Tapi aku tidak bisa berbuat apapun kecuali menahan emosi. Tanganku tak sampoi. Sialan! Semakin emosi semakin aku membuang tenagaku. Maka semakin susah aku kembali ke tempat semula. Bisa – bisa jiwaku terjebak di tepat aneh atau di pinggir jalan dan tidak bisa kembali. Aku ingin kamu menyadari kalau aku datang untuk menemuimu. Aku hanya ingin kamu menyadari dan bisa melihatku walau hanya satu menit saja. Jadi aku berusaha menutup mata dan menahan emosiku. Mengumpulkan tenaga… Lalu membuka kembali mataku … Agar jiwaku tetap berada di sana.
Mata ini mulai kubuka perlahan… Masih kulihat hal yang sama… Musik semakin keras dan tidak beraturan. Begitu pun pesta yang bisa disebut dengan Pesta Tahun Milennium yang penuh dengan hal gila dan tidak bisa diukur dengan nalar manusia ortodok dan tidak siap dengan kehidupan bebas. Kulihat sinar matamu semakin menggila menelusuri tubuh wanita cantik dan sintal itu. Engkau semakin tidak peduli dengan semua hal. Yang terlihat dengan jelas hanya NAFSU, kamu benar - benar ingin mendapatkan kebahagiaan sesaat dan ingin berada dalam puncak teratas dengan segelas minuman putih dicampur soda dan jeruk nipis dan juga dengan pelukan mesra tubuh wanita cantik plus mulus yang bersedia melakukan apapun tanpa protes dan malu – malu asalkan lembaran kertas semakin tebal menyelip di balik kutang hitam yang menutupi separuh dada montoknya. Bibirku tersenyum sinis. Ludah kutelan dengan pahit melihat sisi gelap otak dan kehidupanmu di dunia maya ini. Aku tidak berhak melarang atau membatasi. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Tapi aku sudah terlanjur sayang dan mengisi hati ini dengan bunga pemberianmu. Apa ini berarti aku mencintaimu pangeran hatiku??? Entahlah.. Itu tak penting dan aku tak pernah peduli… Apalagi type buaya sepertimu…!! Tak akan pernah mengerti!!! Dasar Monyet Ber otak BUAYA! Sialan!!!!!
Saat emosiku semakin meninggi melihat permainan tangan dan mulutmu terhadap tubuh wanita dengan tubuh montok itu, jiwaku semakin melemah. Aku menutup mataku kembali dan menenangkan diri. Menguatkan jiwa, dan mengingat kembali tujuanku datang menemuimu untuk terakhir kali. Perlahan – lahan otakku kembali tenang. Dan aku bisa dengan nyaman duduk di antara kalian sambil melihat bagaimana permainanmu di pesta tertutup dan penuh kenikmatan tanpa diketahui oleh jiwa kotormu. Tidak ada satu pun jiwa di ruangan ini mengetahui kehadiranku. Aku sengaja menunggu dan ingin melihat. Tidak bermaksud apa – apa. Hanya ingin menunggu pestamu selesai lalu aku akan mengucap pamit.. dan berterima kasih… untuk hal yang mungkin aku tidak pernah terucapkan.
Puncak kenikmatan hampir kamu dapatkan. Kulihat tangan wanita itu mencengkram tubuhmu dengan keras, ia lalu berteriak. Kamu hanya diam dan menatap dengan tajam. Air mataku menetes entah karena bahagia atau sedih. Yang jelas, waktuku hampir habis. Tinggal 60 menit lagi maka ayam akan berkokok dan Dewi Maut akan datang dan menarikku dengan kendaraan bututnya. Aku kelimpungan. “Ya Tuhan…. Pangeran hatiku bahkan belum mengetahui keberadaanku… apa yang harus aku perbuat?”
Tiba – tiba pintu ruangan ini terbuka, dan… ternyata pesta telah usai. Kamu dan teman – temanmu dengan wajah pucat kulihat berjalan menuju mobil dan….. Beranjak pergi. Kemana lagi engkau pergi pangeran hatiku? Kutatap wajahmu dalam perjalanan. Tidak terlihat sedih, ataupun bahagia. Biasa saja. Tiba – tiba mobilmu berhenti dan masuk ke dalam sebuah rumah berlantai dua. Aku tidak mengenal daerah ini. Inikah tempat tinggalmu? Aku tidak pernah tau dimana kamu tinggal. Maka tempat ini terasa aneh dan asing bagiku. Kamu turun dari mobil dan merogoh kantongmu. Entah mencari apa aku tak mengerti. Lalu kamu membuka pintu dan…. Berjalan setengah sempoyongan. Kamu terus berjalan menuju sebuah kamar. Aku mengikuti langkahmu sambil melihat sekeliling tempat tinggalmu. Akhirnya kamu sampai di tempat tidur itu. Kulihat sebelumnya kamu telah masuk kamar mandi untuk mencuci kaki. Lalu kulihat kamu menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang besar. Matamu berusaha terpejam tapi tidak bisa. Lalu kulihat kamu mengambil telepon genggammu dan mencari sebuah nama… “tut….tut…tut…” Telepon itu tidak pernah diangkat. Kamu menaruh kembali telepon itu dan berusaha terlelap diantara pengaruh alkohol yang masih menari – nari diotakmu. Saat kamu mulai terlelap, aku berusaha mendekatimu, tidurmu begitu pulas. Begitu tenang. Saat itu aku berdoa pada Tuhan agar selalu melindungimu. Lalu aku memusatkan pikiran agar bisa membangunkamu Berharap kamu bisa menyadari kehadiranku … Mata kupejamkan… dan…. KUKURUYUKKKK!!! Ayam sudah berkokok! SIALAN! Saat aku membuka mata, aku sudah berada dalam mobil buntut beserta seorang dewi cantik dan ia lalu berkata,” Apa tujuanmu sudah tercapai gadis bodoh?” Aku hanya tersenyum, sambil meneteskan air mata. Dalam genggaman tanganku masih tersimpan secarik kertas yang bertuliskan,
” Love for a dying angel is like a shadows that followed by a tears that dropt away from my beloved prince, never own, frozen even forgotten but always be a part of an angels heart.”
Kertas itu tak pernah kuserahkan padamu. Tidurmu semakin lelap dan kendaraan butut ini semakin jauh terbang dan membawaku pergi. Aku hanya bisa tersenyum dan mengingat kalau ternyata dulu aku pernah mempunyai kasih sayang yang tidak pernah aku ucapkan untuk seorang monyet ber otak buaya sepertimu, pangeran hatiku. Sambil menghela nafas aku berucap, “selamat tinggal orang aneh semoga hidupmu bahagia dan selalu dilindungi Tuhan.”
(MINUMAN PUTIH DICAMPUR SODA DAN JERUK NIPIS YANG MENGGIURKAN! Busyet deh! Jangan sampe ketagihan! NO! N DON’t BE!)
201006
04;35
Mata, hati dan jiwaku mengeja satu nama. Tapi kenyataan, kata –kata dan keputusan yang harus diambil tidak mengeja nama yang sama. Aku hanya bisa menerima. Karena Takdirku berbicara berbeda. Takdirku ingin membuat jalanku semakin penuh dengan tupai dan pisau belati.Tidak menangis atau tertawa. Tapi mulai bersimbah darah dan mengeja kata. Karena hanya hal ini yang membuat jiwaku lebih bermakna. Antara dua dunia. Karena kini aku ada dan terjepit karena dunia itu. Bodoh! Dan Selalu bodoh! Wanita yang bodoh…
Saat aku ingin berontak dan meronta, tenagaku terbuang sia – sia. Juga pikiran dan air yang menetes dari mata. Karena tetap saja pangeran hatiku tak akan menoleh dan tertawa. Tangannya melambai tanpa menoleh lagi. Sehingga malam yang semakin larut dan kelam ini membuatku semakin rapuh dan merasa sendiri. Tidak ada manusia. Hanya dewi kematian yang mulai tersenyum seolah – olah akan mengajakku pergi dan terbang dengan kendaraan bututnya ke tempat penuh binatang malam itu. Aku ingin menolak, tapi tangan dan kakiku sudah terikat erat. Oleh rantai besi dari jiwa – jiwa manusia yang tersesat oleh lidah dan hati mereka sendiri. Lalu aku berkata padanya dengan bahasa otakku,” bolehkah aku berbuat sesuatu sebelum aku ikut dengan kendaraan bututmu?” ia hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu aku pun menggunakan otakku… Membayangkan wajahnya.. berharap telepatiku akan tepat dan membuatku kembali di saat aku masih bisa tersenyum padanya. Berusaha membalikkan fakta dan memperbaiki keadaan yang nyata saat aku terakhir kali masih bisa melihat emosi dan kemarahan otaknya. Mataku terpejam… berusaha memusatkan pikiran agar aku bisa kembali di waktu itu… Dan…..
“Rock your body like……”
Tiba – tiba musik reggaetone terdengar dengan keras… Aku membuka mataku perlahan… Gelap! Tidak ada sinar sedikitpun! Aku berusaha mencari celah dan menatap , dimana aku berada. Aku seperti berada di sebuah ruangan ber – AC yang cukup luas. Ini seperti sebuah kamar hotel. Ada TV besar dan Speaker yang nge – Bass. Tapi tidak ada kasur. Hanya ada sofa panjang. Dengan satu kamar mandi di dalam. Dimana ini? Mataku semakin berusaha melihat dengan jelas. Perlahan dan…. Akhirnya! Aku melihat satu sosok bayangan nyata… Dirimu! Sedang meneguk minuman putih dicampur soda dan jeruk nipis. Tidak peduli dengan sekitarmu… Tetap tenggelam dan menikmati tiap tetes dari minuman penuh kenikmatan sesaat itu. Tapi tunggu… siapa gadis itu??? .. Cantik .. putih dadanya montok dan… Entahlah! Aku tidak mengenalnya. Tapi ia erat memeluk tubuhmu, begitu eratnya sampai terlihat begitu jelas walau dalam kegelapan seperti ini. Pikiranku masih menerka – nerka, dimanakan ini. Kafe? Aku rasa tipe orang sepertimu tidak akan pergi ke sebuah kafe pinggir jalan. Dan dilihat oleh orang kebanyakan. Diskotek? Bukan.. tempat ini terlalu kecil untuk ukuran sebuah diskotek. Lagipula bukankah kamu tidak suka diskotek? Lalu….??? Dimana kamu berada sekarang? Dan dipeluk oleh wanita dengan pakaian tipis sambil meneguk minuman? Mataku memandang sekeliling. Ada 6 orang manusia, 3 orang Lelaki dan 3 orang wanita.Kalian terlihat begitu akrab. Melebihi batas kewajaran. Saling berpelukan dan berciuman. Bahkan kamu…aku lihat dengan jelas!!! SETAN!! Kamu melumat dengan penuh nafsu bibir wanita itu! Tanpa peduli ada aku di ruangan ini! Aku melihat tangan wanita itu memeluk erat punggungmu dan ia terlihat begitu menikmati ciuman nafsu bibirmu! Sialan! Tau begini aku tidak akan membayangkan wajahmu dan berkosentrasi ingin menemuimu untuk terakhir kali, pikirku penuh cemburu! HUH! Dasar LELAKI BUAYA! Lalu aku menutup mata dan berusaha berkonsentrasi untuk kembali ke tempat semula, lebih baik aku tidak mengundurkan waktu untuk terbang bersama dewi kematian, tapi….. mmmm… saat aku membuka mata aku masih melihat ruangan gelap dan aku masih melihat kalian saling berpelukan di depanku.. SHIT! Yang terdengar berbeda hanya musiknya saja. “what in the world that supposed to do…..” Musik triball ini terdengar begitu menghanyutkan. Seperti juga pelukanmu yang begitu menggairahkan menelusuri bagian tubuh wanita dengan pakaian setengah menerawang itu.Aku begitu marah dan cemburu. Ingin kumaki dirimu dan ingin kujambak rambut wanita itu. Tapi aku tidak bisa berbuat apapun kecuali menahan emosi. Tanganku tak sampoi. Sialan! Semakin emosi semakin aku membuang tenagaku. Maka semakin susah aku kembali ke tempat semula. Bisa – bisa jiwaku terjebak di tepat aneh atau di pinggir jalan dan tidak bisa kembali. Aku ingin kamu menyadari kalau aku datang untuk menemuimu. Aku hanya ingin kamu menyadari dan bisa melihatku walau hanya satu menit saja. Jadi aku berusaha menutup mata dan menahan emosiku. Mengumpulkan tenaga… Lalu membuka kembali mataku … Agar jiwaku tetap berada di sana.
Mata ini mulai kubuka perlahan… Masih kulihat hal yang sama… Musik semakin keras dan tidak beraturan. Begitu pun pesta yang bisa disebut dengan Pesta Tahun Milennium yang penuh dengan hal gila dan tidak bisa diukur dengan nalar manusia ortodok dan tidak siap dengan kehidupan bebas. Kulihat sinar matamu semakin menggila menelusuri tubuh wanita cantik dan sintal itu. Engkau semakin tidak peduli dengan semua hal. Yang terlihat dengan jelas hanya NAFSU, kamu benar - benar ingin mendapatkan kebahagiaan sesaat dan ingin berada dalam puncak teratas dengan segelas minuman putih dicampur soda dan jeruk nipis dan juga dengan pelukan mesra tubuh wanita cantik plus mulus yang bersedia melakukan apapun tanpa protes dan malu – malu asalkan lembaran kertas semakin tebal menyelip di balik kutang hitam yang menutupi separuh dada montoknya. Bibirku tersenyum sinis. Ludah kutelan dengan pahit melihat sisi gelap otak dan kehidupanmu di dunia maya ini. Aku tidak berhak melarang atau membatasi. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Tapi aku sudah terlanjur sayang dan mengisi hati ini dengan bunga pemberianmu. Apa ini berarti aku mencintaimu pangeran hatiku??? Entahlah.. Itu tak penting dan aku tak pernah peduli… Apalagi type buaya sepertimu…!! Tak akan pernah mengerti!!! Dasar Monyet Ber otak BUAYA! Sialan!!!!!
Saat emosiku semakin meninggi melihat permainan tangan dan mulutmu terhadap tubuh wanita dengan tubuh montok itu, jiwaku semakin melemah. Aku menutup mataku kembali dan menenangkan diri. Menguatkan jiwa, dan mengingat kembali tujuanku datang menemuimu untuk terakhir kali. Perlahan – lahan otakku kembali tenang. Dan aku bisa dengan nyaman duduk di antara kalian sambil melihat bagaimana permainanmu di pesta tertutup dan penuh kenikmatan tanpa diketahui oleh jiwa kotormu. Tidak ada satu pun jiwa di ruangan ini mengetahui kehadiranku. Aku sengaja menunggu dan ingin melihat. Tidak bermaksud apa – apa. Hanya ingin menunggu pestamu selesai lalu aku akan mengucap pamit.. dan berterima kasih… untuk hal yang mungkin aku tidak pernah terucapkan.
Puncak kenikmatan hampir kamu dapatkan. Kulihat tangan wanita itu mencengkram tubuhmu dengan keras, ia lalu berteriak. Kamu hanya diam dan menatap dengan tajam. Air mataku menetes entah karena bahagia atau sedih. Yang jelas, waktuku hampir habis. Tinggal 60 menit lagi maka ayam akan berkokok dan Dewi Maut akan datang dan menarikku dengan kendaraan bututnya. Aku kelimpungan. “Ya Tuhan…. Pangeran hatiku bahkan belum mengetahui keberadaanku… apa yang harus aku perbuat?”
Tiba – tiba pintu ruangan ini terbuka, dan… ternyata pesta telah usai. Kamu dan teman – temanmu dengan wajah pucat kulihat berjalan menuju mobil dan….. Beranjak pergi. Kemana lagi engkau pergi pangeran hatiku? Kutatap wajahmu dalam perjalanan. Tidak terlihat sedih, ataupun bahagia. Biasa saja. Tiba – tiba mobilmu berhenti dan masuk ke dalam sebuah rumah berlantai dua. Aku tidak mengenal daerah ini. Inikah tempat tinggalmu? Aku tidak pernah tau dimana kamu tinggal. Maka tempat ini terasa aneh dan asing bagiku. Kamu turun dari mobil dan merogoh kantongmu. Entah mencari apa aku tak mengerti. Lalu kamu membuka pintu dan…. Berjalan setengah sempoyongan. Kamu terus berjalan menuju sebuah kamar. Aku mengikuti langkahmu sambil melihat sekeliling tempat tinggalmu. Akhirnya kamu sampai di tempat tidur itu. Kulihat sebelumnya kamu telah masuk kamar mandi untuk mencuci kaki. Lalu kulihat kamu menyalakan pendingin ruangan dengan suhu yang besar. Matamu berusaha terpejam tapi tidak bisa. Lalu kulihat kamu mengambil telepon genggammu dan mencari sebuah nama… “tut….tut…tut…” Telepon itu tidak pernah diangkat. Kamu menaruh kembali telepon itu dan berusaha terlelap diantara pengaruh alkohol yang masih menari – nari diotakmu. Saat kamu mulai terlelap, aku berusaha mendekatimu, tidurmu begitu pulas. Begitu tenang. Saat itu aku berdoa pada Tuhan agar selalu melindungimu. Lalu aku memusatkan pikiran agar bisa membangunkamu Berharap kamu bisa menyadari kehadiranku … Mata kupejamkan… dan…. KUKURUYUKKKK!!! Ayam sudah berkokok! SIALAN! Saat aku membuka mata, aku sudah berada dalam mobil buntut beserta seorang dewi cantik dan ia lalu berkata,” Apa tujuanmu sudah tercapai gadis bodoh?” Aku hanya tersenyum, sambil meneteskan air mata. Dalam genggaman tanganku masih tersimpan secarik kertas yang bertuliskan,
” Love for a dying angel is like a shadows that followed by a tears that dropt away from my beloved prince, never own, frozen even forgotten but always be a part of an angels heart.”
Kertas itu tak pernah kuserahkan padamu. Tidurmu semakin lelap dan kendaraan butut ini semakin jauh terbang dan membawaku pergi. Aku hanya bisa tersenyum dan mengingat kalau ternyata dulu aku pernah mempunyai kasih sayang yang tidak pernah aku ucapkan untuk seorang monyet ber otak buaya sepertimu, pangeran hatiku. Sambil menghela nafas aku berucap, “selamat tinggal orang aneh semoga hidupmu bahagia dan selalu dilindungi Tuhan.”
(MINUMAN PUTIH DICAMPUR SODA DAN JERUK NIPIS YANG MENGGIURKAN! Busyet deh! Jangan sampe ketagihan! NO! N DON’t BE!)
1 Comments:
At 10:34 PM , Nyoman Winardi said...
MINUMAN PUTIH DICAMPUR SODA DAN JERUK NIPIS YANG MENGGIURKAN <-- ini apa ya?
apakah tonic water?
apakah tequila?
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home