"KhAyALan DaN ILuSiKu"
“Yang MungKin TidAk SemPat TeruCap”
080806
19;05
‘Aku ingin berkata, tertawa dan ‘ ditertawakan’ oleh dirimu. ‘
‘Aku ingin menatap, terseyum dan memegang tanganmu.’
‘Aku ingin ada, disana dan dihina oleh kebencianmu.’
‘Aku ingin Mencinta, dicinta, tapi bibirku tak mengaku.’
Aku tergagap, mataku memandang jauh, dan otakku kosong,’ya tuhan.’ Apa yang telah kudengar..... Apa yang mengatakan ini benar – benar dirimu... .‘Woi! Ngomong doank! Koq jadi diem gitu?’ Suaramu mengagetkanku. Kamu tidak ada di depanku, tidak ada disekelilingku. Tapi ada ketika hatiku beku. Mengapa dirimu ada dan tetap berdiri disana? Mengapa perkataanmu yang begitu ‘ nyata,’ membuat hatiku yang beku melupakan bagaimana caranya untuk berpijak dengan benar di cakrawala. Mengapa aku merasa mendapatkan dunia saat dengan manis dirimu berkata ,’ aku kangen kamu angelku,’
Kata – katamu mengingatkanku pada ‘hal indahku dulu.’ Hal – hal yang membuat cintaku yang beku membentuk rumah baru. Kata – katamu mengingatkanku pada ‘ukiran yang terpahat’ pada dinding cintaku yang beku. Senyuman di pipiku merona ketika kamu merayuku. Kata – kataku menghilang ketika kamu mengatakan kalau kamu merindukan keegoisanku. Dan kesedihanku tertulis saat aku mengetahui aku mulai membohongimu. Maafkan aku, jika kebohonganku membuat aku kehilangan kata – kata ‘amarahmu,’ Aku tidak tau lagi bagaimana membuatmu mengeja dengan benar namaku saat kamu berkata ‘ aku benci padamu.’
Engkau berkata ‘aku adalah wanita perayu dan bodoh,’ tapi mengapa saat kamu merayuku aku hanya bisa tersenyum dan membayangkan ‘kamu’ ada dan berdiri melihat ‘meronanya mukaku yang bulat’ saat mendengar kata ‘rindumu.’ Apakah karena ‘pujaan hatiku yang merayuku,’ sehingga aku bisa merasakan dewata berubah sesaat menjadi nirwana? Atau karena ini hanya ilusi ‘pangeran hatiku semata?’ Aku tetap ‘terpana dan mataku melihat ke angkasa.’
Jika kamu menggedor pintu kamarku, memeluk tubuhku yang kedinginan, dan mengetuk pintu hatiku ‘yang beku.’ Akankah aku mengenal jalan kembali pulang ke dewata ini? Huf... kurasa susah... Jika ternyata ‘kata rindumu,’ membuatku melupakan cakrawala yang selalu mencambuk kulit ariku. Aku akan memilih untuk ada dan dipeluk olehmu walau satu detik saja, sehingga aku tidak akan menyesal berada di saat – saat kalau kamu pernah ‘menyayangi’ seorang angel dengan hati yang beku.
Jika kamu memang bukan tercipta untukku. Aku sadar dan tidak menyangkal tentang itu. Tetapi jika aku menyayangimu, saat hatimu dimiliki wanita itu dan saat otakmu memandang ‘ nafsu’ ‘dewi nirwana’ itu. Akankah aku merasa aku pulang dengan ‘kalah’ dan penuh dendam? Tidak, dan entah mengapa aku tetap merasa ‘ jauh di lubuk hatiku kamu masih kekasih dalam pahatan dinding beku hatiku.‘ Mengetahui kalau tanganmu meraih ‘emas’, ragamu terselimuti ‘awan’ dan hatimu dijaga oleh ‘dewi cinta.’ Membuat hatiku yang beku terasa mencair. Melihat ‘rasa amarahmu’ pada kebodohanku dan mendengar kata ‘bencimu’ terhadap timbunan ‘ sayangku untukmu.’ Atau bahkan mendengar bibirmu berucap, kalau rasa sayangmu telah pudar untukku. Hanya akan membuatku menyadari betapa bangganya aku, kalau ternyata hatiku yang beku pernah ‘begitu menyayangi keegoisanmu.’
(Sebaiknya aku berhenti berkhayal, Aku ingin mendengar suaramu. Tanganku menekan 623617xxxxxx dan.... tut... tut... tut... tut... Suaramu tidak sempat terdengar oleh tipisnya genderang telingaku)
080806
19;05
‘Aku ingin berkata, tertawa dan ‘ ditertawakan’ oleh dirimu. ‘
‘Aku ingin menatap, terseyum dan memegang tanganmu.’
‘Aku ingin ada, disana dan dihina oleh kebencianmu.’
‘Aku ingin Mencinta, dicinta, tapi bibirku tak mengaku.’
Aku tergagap, mataku memandang jauh, dan otakku kosong,’ya tuhan.’ Apa yang telah kudengar..... Apa yang mengatakan ini benar – benar dirimu... .‘Woi! Ngomong doank! Koq jadi diem gitu?’ Suaramu mengagetkanku. Kamu tidak ada di depanku, tidak ada disekelilingku. Tapi ada ketika hatiku beku. Mengapa dirimu ada dan tetap berdiri disana? Mengapa perkataanmu yang begitu ‘ nyata,’ membuat hatiku yang beku melupakan bagaimana caranya untuk berpijak dengan benar di cakrawala. Mengapa aku merasa mendapatkan dunia saat dengan manis dirimu berkata ,’ aku kangen kamu angelku,’
Kata – katamu mengingatkanku pada ‘hal indahku dulu.’ Hal – hal yang membuat cintaku yang beku membentuk rumah baru. Kata – katamu mengingatkanku pada ‘ukiran yang terpahat’ pada dinding cintaku yang beku. Senyuman di pipiku merona ketika kamu merayuku. Kata – kataku menghilang ketika kamu mengatakan kalau kamu merindukan keegoisanku. Dan kesedihanku tertulis saat aku mengetahui aku mulai membohongimu. Maafkan aku, jika kebohonganku membuat aku kehilangan kata – kata ‘amarahmu,’ Aku tidak tau lagi bagaimana membuatmu mengeja dengan benar namaku saat kamu berkata ‘ aku benci padamu.’
Engkau berkata ‘aku adalah wanita perayu dan bodoh,’ tapi mengapa saat kamu merayuku aku hanya bisa tersenyum dan membayangkan ‘kamu’ ada dan berdiri melihat ‘meronanya mukaku yang bulat’ saat mendengar kata ‘rindumu.’ Apakah karena ‘pujaan hatiku yang merayuku,’ sehingga aku bisa merasakan dewata berubah sesaat menjadi nirwana? Atau karena ini hanya ilusi ‘pangeran hatiku semata?’ Aku tetap ‘terpana dan mataku melihat ke angkasa.’
Jika kamu menggedor pintu kamarku, memeluk tubuhku yang kedinginan, dan mengetuk pintu hatiku ‘yang beku.’ Akankah aku mengenal jalan kembali pulang ke dewata ini? Huf... kurasa susah... Jika ternyata ‘kata rindumu,’ membuatku melupakan cakrawala yang selalu mencambuk kulit ariku. Aku akan memilih untuk ada dan dipeluk olehmu walau satu detik saja, sehingga aku tidak akan menyesal berada di saat – saat kalau kamu pernah ‘menyayangi’ seorang angel dengan hati yang beku.
Jika kamu memang bukan tercipta untukku. Aku sadar dan tidak menyangkal tentang itu. Tetapi jika aku menyayangimu, saat hatimu dimiliki wanita itu dan saat otakmu memandang ‘ nafsu’ ‘dewi nirwana’ itu. Akankah aku merasa aku pulang dengan ‘kalah’ dan penuh dendam? Tidak, dan entah mengapa aku tetap merasa ‘ jauh di lubuk hatiku kamu masih kekasih dalam pahatan dinding beku hatiku.‘ Mengetahui kalau tanganmu meraih ‘emas’, ragamu terselimuti ‘awan’ dan hatimu dijaga oleh ‘dewi cinta.’ Membuat hatiku yang beku terasa mencair. Melihat ‘rasa amarahmu’ pada kebodohanku dan mendengar kata ‘bencimu’ terhadap timbunan ‘ sayangku untukmu.’ Atau bahkan mendengar bibirmu berucap, kalau rasa sayangmu telah pudar untukku. Hanya akan membuatku menyadari betapa bangganya aku, kalau ternyata hatiku yang beku pernah ‘begitu menyayangi keegoisanmu.’
(Sebaiknya aku berhenti berkhayal, Aku ingin mendengar suaramu. Tanganku menekan 623617xxxxxx dan.... tut... tut... tut... tut... Suaramu tidak sempat terdengar oleh tipisnya genderang telingaku)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home