"ReAl FaRewElL PaRtY"
300706
09;01
Kuteguk dengan cepat minuman ‘susu beruang’ itu. Rasanya tenggorokannku yang telah terbakar seperti api terasa mulai disirami air.. huf.... adem juga akhirnya. Lalu aku mulai mendengarkan apa yang terjadi dan terlihat disekitarku. Mereka terdengar seperti ‘bahagia’.... tertawa dan tertawa, saling mengejek dan akhirnya tertawa lagi. Ada yang menatap, ada yang dipeluk dan ada yang patah hati. Malah ada yang membeku dan mulai meleleh lagi. Kurasa saat menyusuri jalan ini... banyak hal yang tidak akan terjadi lagi. Mungkin tidak akan sama seperti hari ini lagi.. Entahlah. Mataku memandang ke lampu jalanan yang berwarna kuning itu, aku mengingat lagi jalan yang kutempuh dari sore tadi. Rasanya seperti mimpi, jika waktu berjalan secepat itu. Jika aku ‘dewi waktu yang cuantik dan montok’ maka aku akan memperlambat waktu dan menyempurnakan juga menghapus beberapa kejadian yang terjadi dari sore tadi. Aku akan menambah kebahagiaan, menghilangkan rasa sedih, marah, ‘egois’ dan juga menghapus air mata yang mengalir di pantai itu.
Tanganku mulai kaku, pikiranku mulai kosong.. aku terjaga kembali dari lamunanku dan melihat sekelilingku, mereka masih tertawa, masih mengejek dan aku ingin kembali termenung. Aku termenung dan tersenyum sendiri.. Mulutku banyak terdiam tapi otak dan hatiku mengingat dan tersenyum. Apalagi jika kuingat kalau beberapa jam yang lalu lantai teras kamarku penuh dengan air, gula, kecap asin, kopi dan tawa kami. Apalagi baju dan celana putihku juga dipenuhi noda oleh seseorang yang memelukku karena saat ini usianya sudah 23 tahun.. Kami tidak bisa memberikan apa – apa kecuali tawa. Selamat Ulang Tahun Wanita Pemimpi.. Semoga...Tiba – tiba lamunanku dikagetkan oleh rasa perih yang ada di perutku...’ugh... !‘aku terjaga dan melihat mereka semua terdiam. Mungkin mereka terhanyut oleh alunan musik yang terdengar. Badanku terasa panas, apalagi tenggorokanku, perutku terasa perih.. huf... badanku terasa semakin lemah tapi tidak hatiku.. karena ada tiga adam dan dua orang hawa yang membuat hatiku selalu tersenyum dan .. tersenyum.. Begitu manis dan indah senyumku detik ini sehingga membuat racun dalam tubuhku mulai menghilang. aku rasa mereka saat ini mulai ikut termenung seperti aku termenung saat ini.. dua orang yang ada di depanku.. terlihat seperti memangdang ke ruas – ruas jalan yang ada di depan mereka, lalu tiga orang yang ada disebelahku... apa yang ada di otak mereka. Apa rasa cinta, marah, kecewa.. ataukah takut menggeluti jiwa mereka? Mungkin saja..
Lalu kuteguk lagi minuman ‘ susu beruang’ yang kugenggam erat di tanganku ini. Kuteguk lagi dan berharap sakit yang menggores ruang dalam leherku akan hilang. Tapi... Ugh! Perihnya terus terasa! Aku menyerah dan terdiam. Tapi saat mendengar mereka bernyanyi sambil bersahut – sahutan... Aku jadi teringat dengan dua penyanyi yang bergoyang lincah dan mendendangkan lagu – lagu nge – beat di tempat itu.. Aku jadi teringat akan apa yang kami lakukan disana, teriakan, nyayian sumbang, makan kacang, meneguk minuman, memandang, dan bermain dengan meja, serta ingin berkenalan. Ada bule botak, wanita cantik, cowok setengah cakep dan request lagu yang belum dinyayikan. Lalu ada jalan setapak, kursi kuning, lampu – lampu besar dan berlarian. Lari Ke arah pantai...
Lamunanku dikagetkan dengan lagu yang didendangkan itu.. Lagu ‘ demi waktu’ aku tersenyum lagi dan tersenyum. Mungkin hanya bisa tersenyum. Lagu yang benar – benar menjengkelkan.Tapi mereka tak peduli. Mereka masih bersenang – senang, masih tertawa, mengejek dan akhirnya tertawa lagi. Aku memilih untuk memandang lampu – lampu tengah jalan dan berkhayal. Berkhayal dan larut dalam lamunanku. Aku ingat tentang tawa riuh kita di ‘tepi pantai ‘ itu dulu, main bola dengan stik panjang, bercerita dan menanyakan pertanyaan – pertanyaan gila setelah kalah dalam pertempuran, pergi ke tempat hingar – bingar, atau termenung dan menghilang ditelan keegoisan dan hasrat tiap pribadi dan ‘keegoisan’ kami.
Aku berhenti termenung, aku tak ingin berkhayal lagi dan aku ingin menikmati bagaimana kami melewati ruas jalan ini dengan tawa kami. Walaupun ada yang patah hati, ada yang menunggu ‘ sang putri’, ada yang tidak peduli, ada yang akan pergi, atau ada yang membeku hati, bahkan punya cinta mati. Aku tak peduli karena sebenarnya jalan ini adalah jalan di tempat dimana kata ‘perpisahan’ itu akan diucapkan berulang – ulang. Inilah yang disebut ‘ Kenyataan yang Nyata.’ Jalan dimana aku menyadari apa arti ‘farewell party’ yang sesungguhnya.
( to mr. Joe2.. selamat jalan.. dan senyumku akan selalu ada untuk kalian.. tiga adam dan dua hawa, kurcaci hatiku)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home