Cerita bersama buaya kecil
“MenGEnaL DuNia Ke 2”
Bagian terakhir
140808
00;35
Saat aku kembali merasakan cinta, saat itu pula aku merasakan dunia itu semakin membingungkan. Aku lahir dan ada di dewata. Aku tumbuh di bawah langit dewata. Saat aku kehilangan pelukmu ayah kabut semakin menusuk tulang kakiku. Dan saat aku kehilangan bayanganmu irish, langit runtuh dan jatuh menimpa hatiku. Apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu pergi tanpa menyisakan bayangan untuk dikenang irish? Mengapa Ayah juga tak menyisakan sebuat pesan untuk menyelimuti iman? Apa kata cinta akan membantu? Tidak. Karena kata cinta itu hanya indah di kasat mata. Cinta sebenarnya butuh perbuatan, butuh kerelaan, dan keiklasan. Tapi kata cinta tidak membutuhkan perbuatan, kerelaan atau keiklasan. Hanya butuh senyuman dan ucapan manis sebagai penggoda.
Saat aku merasa rapuh. Saat semua hal sepertinya akan runtuh. Aku mengenal satu insan penuh ucapan menggoda iman. Aku menyebutnya buaya. Aku sudah terlalu banyak menulis tentang buaya ini. Karena aku sudah terpedaya oleh ucapan buaya. Tapi dunia tulisan dan dunia maya lah yang membuat aku mengenal dan menyadari, kalau kata – kata buaya bisa terhapus dan hilang begitu cepat dalam kondisi apapun. Ini hanyalah tulisan buaya bukan kenyataan yang nyata.
Aku terlahir sebagai malaikat tanpa sayap. Aku memilih pendamping hidup. Dan aku mengambil resiko untuk merasakan sambaran petir saat hatiku mulai terpana. Aku membiarkan diriku hancur dan merelakan segala hal, agar yang memiliki hatiku dulu, merasa bahagia. Ini adalah keputusanku saat mulai mengeja kata cinta. Ini keputusanku saat memilih DuNIA KE 2. Tapi aku berbeda dengan si buaya. Buaya ini masih muda. Ia sering meihat senyum di Dunia Ke 2. Ia masih terlalu kecil untuk menolak dan berjalan sendiri di dunia nyata. Ia masih bingung memilih jalan. Ia juga begitu cepat memutuskan segala macam hal. Entah baik, buruk atau keduanya. Ia masih bingung untuk berjalan saat keputusan itu harus ia hadapkan pada kandangnya di dunia nyata. Buaya ini sering tersenyum. Ia sering berkata – kata indah. Tapi ia juga sering menoleh pada penjaganya. Ia pun masih sering meneteskan air mata. Entah apapun alasannya, aku mengerti. Entah apapun keinginan hatinya, itu hanya untuk semata. Saat ia melihat dunia ke 2 tertawa. Ia akan berusaha datang ke dunia itu dan berusaha meninggalkan penjaganya. Aku sangat mengerti dan menyadari. Karena aku pun dulu demikian. Aku pun bingung. Tapi aku sudah memutuskan.
Si buaya tidak tau bagaimana keadaan DuNIa Ke 2. Yang ia tau hanya senyum dan tawa yang terdengar. Ia tidak tau topeng yang banyak terpampang. Ia tidak tau topeng mana yag harus ia pakai setiap ia berjalan atau saat ia makan siang di dunia ke2. Ia tidak tau ada beberapa hal yang bisa begitu mengiris tangan dan hati saat berkunjung ke dunia nyata. Dunia ke2 memang terlihat Indah, tapi juga akan sangat menyakitkan jika kita sadar kita bagian dari dunia nyata. Dalam dunia nyata penjaga bisa kita beritahukan ke penghuni seluruh dunia kalau DIa lah penjaga kita. Tapi saat ada di dunia ke 2. Semuanya sama. Semua mulut dan bibir akan terkunci tanpa gembok yang ada di pintunya. Kita hanya bisa merasakan, tanpa berbicara. Kita hanya bisa membayangkan tanpa merasakan kulit nyata. Semua hal harus bisa kita anggap senyum walau air mata selalu membasahi jiwa. Kita hanya bisa menahan darah di kepala saat kita muak melihat pelukan erat di pasangan jiwa kita saat dipeluk oleh penjaganya di dunia nyata. Kita hanya bisa tersenyum dan melayani saat penjaga dunia nyata kita ingin dilayani. Tak ada kata berontak di dunia nyata. Harus tetap mengikuti. Cinta memang tidak bisa dimiliki di dunia ke2. Hanya bisa dirasakan di dalam dada.
DuNia Ke2 sebaiknya kamu tidak ikuti, buaya kecil.. Semoga ini tidak menjadi pilihannya. Sebaiknya kembalilah ke sangkar dan belajar untuk tertawa. Aku akan tetap Melihat Tidurmu dari DuNia Ke2, buaya kecil. Aku akan tetap tersenyum melihat ia tertawa dengan penjaganya. Aku tetap akan memberikan sisa hatiku padanya. Karena jika aku berharap dan memperjuangkan sebuah tenda di dunia ke 2 untuk tinggal. Itu tidak akan layak. Aku adalah malaikat yang sudah terkoar.Tapi kamu adalah buaya kecil yang masih harus merasakan sinar dunia nyata yang hangat.Kamu masih butuh buaian. Kamu butuh senyuman boneka. Kamu butuh tantangan dari boneka cantik. Tapi aku tidak, aku lelah bermain dengan satu hati. Dan kamu baru menikmati permainan. Penjagamu menunggu, kandangmu membuka pintu untukmu. Berbeda denganku. Aku tidak mempunyai penjaga. Dan kandangku telah hancur. Hanya debu yang tersisa. Hanya dunia ke2 yang selalu menjaga sisa tenaga dan hatiku untuk bernafas.
Dan aku harap si buaya ini juga bisa memutuskan. Keputusan harus tetap diambil sekarang atau saat dunia tenggelam. Dan aku mengharapkan ia bisa memilih merasakan hangatnya pelukan tangan penjaga buaya yang selalu setia menunggunya pulang. Aku memang egois. Karena aku tau ia tidak siap MengenaL DuNia Ke 2. Karena itu aku mengharapkan ia bisa kembali ke sangkar dan tidak berjalan lagi ke seberang jalan. Aku tetap bisa melihatnya. Aku tetap duduk di seberang jalan. Aku tetap akan tersenyum untuknya jika ia membutuhkan senyumku. Aku akan tetap membuat ia tertawa kalau ia ingin tertawa denganku. Apapun ia bisa lakukan. Asal ia tetap berada di sangkar bersama penjaganya. Karena ia belum bisa berjalan keluar. Ia tidak mau, dan tidak kuat. Karena buaya harus tetap ada bersama penjaga di dunia nyata.
Katakan padaku yang sebenarnya kau mau
Agar aku bisa melanjutkan hidupku
Perasaanku merasakan akan ada pisah
Tapi mengapa kau menarik ulur hatiku
(Katakan yang sebenarnya; dewiq; menolongku untuk menyelesaikan cerita ,terima kasih)
(kedewasaan lahir dari rasa sakit, aku menulis karena tangan hatiku berjalan, sebaiknya berhenti bermain dan kembali pulang, buaya kecil. )