Sesaat bersama Adik kecilku
PART I
180907
15:02
Siang ini cukup panas, seperti awal. Layaknya apa yang terjadi sekarang. Panas bukan karena udara tapi hati yang mulai terbakar karena keadaan. Sebenarnya aku heran, kaget dan kebingungan apa yang terjadi padaku. Mengapa begini atau mengapa akhirnya begitu, tapi aku baru menyadari kalau apa yang telah digoreskan untukku harus diterima dengan lapang dada. Karena inilah ujian Tuhan padaku dan aku bersyukur masih bernafas karena keberiannNYA. Tiba – tiba saat aku mulai berkhayal dan membayangkan sesuatu..
“ whoy......!!”
“ Koq bengong si bunda?”
“ Gak koq! Orang kangen sama kalian.”
“ alah dasar... !”
“ beneran koq!”
“ bunda ni ngayal deh, aku dan yang lain khan memang pantas untuk dikangenin.”
“ ya wis la....”
“ hahahaha......”
Mereka lalu duduk dan tertawa. Ada 4 orang diantara mereka. Dan kami belum satu bulan mengenal. Tapi entah mengapa mereka terasa begitu dekat denganku. Bahkan terlihat lebih. Tapi aku tak tau mengapa. Mereka seperti membahagiakan jiwa. Entah mengapa.
“ bunda koq bengong si?”
“ gak.... “
“ alah...sakit ya?”
“ gak koq.....”
“ tu... khan boong lagi tak panggilin.....!”
“ eit.... udah akh kenapa si..?”
“ putri.........! sini deh! Bunda ni sakit!”
Aku hanya bisa menutup mulutnya dan tertawa. Ia pun lalu tertawa. Tiga orang temannya datang dan memelukku. Mereka terlihat khawatir tanpa arti yang pasti. Tak tau mengapa. Aku hanya bisa menebak dan tertawa. Apa yang terjadi sekarang padaku atau juga pada mereka. Ada empat orang diantara mereka. Dua orang lelaki dan dua orang wanita. Kuanggap demikian. Mereka adalah dewi, putri, adi dan firman. Mereka benar –benar unik dan entah mengapa ada di kepalaku. Aku tak tau. Umur mereka cukup jauh dariku. Mereka kuanggap sebagai adikku. Mungkin karena aku anak tunggal dan ingin berbagi. Entah mereka menganggap aku wanita seperti apa. Aku tak peduli dan tak ingin peduli.
“ whoy.... !”
“ bunda.......!!!!! dipanggil adi tu!”
Aku tetap memandang jalan tak peduli. Lalu mereka hanya memandangiku dan ingin mengagetkan. Entah apa yang mereka baca dari otakku. Aku tak tau.
“ Bunda.........!!”
“ Weit......! Kenapa si kalian?”
“ Gak kenapa koq. Bunda aja yg aneh dan bener – bener membingungkan.”
“ alah…. Kata siapa? Dari hongkong bilang aku aneh! Kamu tu yang oon!”
Aku tetap ngoceh dan mencubit pipi putri. Ia kulihat seperti sedih tapi menahan perih di dalam hati. Tak mau mengapa tak ingin berbagi. Apa tidak ada satu orang pun dari kami yang bisa dipercaya atau tidak. Aku tak mengerti. Lalu aku melihat dewi, ia gadis yang cukup baik. Paling juga dalam otaknya hanya baju ungu dan lelaki tampan. Tidak ada yang lain. Mungkin yang aku pikir wajar, namanya juga remaja. Yang dia pikir hanya... Pacarannnnn aja!
“ Dewi.. ngapain kamu bengong?”
“……………………….. “
“ Dewi…..!!”
“ eit… kenapa bun?”
“ kamu tu lo… orang adi ada disini malah kamu bengong!”
“ bunda tu lo! Apaan si?”
“ alah…. Ngeyel kamu!”
“ bunda……….!”
Aku hanya tersenyum dan tak perduli kalau ia cemberut dan ngambek. IA begitu kesal kalau aku menggodanya dengan adi. Karena ia mungkin hanya menganggap adi sebagai teman. Hanya aku yang nakal dan suka menggodanya. Tiga orang yang lain hanya tertawa. Baik itu adi, firman atau putri. Mereka hanya tersenyum dan membiarkan semua itu. Mungkin hanya ingin membuatku bahagia. Walaupun aku tak begitu mengerti kepedihan mereka. Dan aku hanya bisa memandangi firman. Remaja yang masih harus banyak belajar tentang bagaimana menjadi seorang lelaki yang bijaksana. Ia baik. Dan masih sering suka kebingungan tentang jalan hidupnya. Apalagi Adi. Ia sering mengeraskan kepalanya dan masih harus belajar akan kesabaran. Keras bukan berarti kalah. Tapi senyum dan bijaksana bisa berarti kemenangan. Semoga saja ia mengerti. Ia remaja yang baik. Aku hanya berharap saat terakhir kali aku melihat adi, firman, dewi dan putri akan ada senyuman kemenangan dan kebahagiaan di wajah kalian.
“ udah akh! Kenapa si kalian bengong? Makan gi…!”
“ masih … penuh ni perutna… ! bunda ja doank!
“ dewi…. Jangan buandel deh!”
“ ye… bunda ni yang buandel..!”
“ Enak aja! Kamu tu yang oon!”
“ Kenapa gak yang lain aja disuruh mesen makan?”
Mereka hanya bengong dan melototi. Lalu aku memperhatikan mereka dan mulai menanyakan. Apa kesukaan mereka. Atau apapun yang mereka inginkan. Bagiku mereka hanya lembaran hidup yang baru aku buka. Entah masalah apa yang akan terjadi antara aku dan mereka. Yang aku tau aku hanya kesepian. Dan aku merasa nyaman diantara mereka hanya karena pribadi mereka. Remaja yang harus banyak belajar kehidupan. Remaja yang masih banyak ingin tau dan selalu ingin menang sendiri. Tapi apa mereka akan selalu merasa nyaman berada di dekatku? Entahlah…aku tak tau, dan aku tak ingin tau…
“ bunda…”
“ Kenapa wi…?”
“ Aku mau tanya sesuatu…!”
“ Apaan si?”
“ Mmmmm….. Jangan marah ya…. janji?”
“ Ya wis lah…”
“ Kalau ada yang jatuh cinta sama bunda gimana?”
“ Hehehe… kamu ni ada – ada aja! Siapa emang?”
“ Ya rahasia doank!”
“ Loh koq…! Orang aku belum nikah ya wajar lah ada yang jatuh cinta..”
“ Kalau salah satu diantara kita?”
“ Maksudmu?”
“ Misalkan adi?”
“ Haa??? Jangan ngawur akh!”
“ Hahahaha…. Kalau beneran gimana bunda?”
“ Kamu tu loh! Masak dia dan aku jatuh cinta? Ya gak mungkin lah…!”
“ Jangan ngomong gak mungkin bunda..Kalau beneran terjadi…!”
“ Maksudmu kamu nyumpahin aku? Enak aja!”
“ Ya gak lah bunda.. aku cuman bilang kalau misalkan adi jatuh cinta sama bunda, atau bunda dan adi pacaran gimana?”
“…………………………..”
Aku hanya bisa bengong dan membayangkan. Bagaimana kalau salah seorang diantara mereka yang aku anggap adikku jatuh cinta padaku. Kalau sikap diluar pekerjaan mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi kalau saat aku bekerja. Aku rasa akan jadi masalah. Masalah yang cukup besar! Aku masih membayangkan bagaimana seorang murid jatuh cinta terhadap gurunya? Guru yang mengajarkannya sendiri! Bertemu dengannya setiap hari dan akhirnya jatuh cinta? Ya Tuhan bagaimana bila ini terjadi padaku?
(aku hanya bisa tersenyum dan mengingat tawa indah kalian)
180907
15:02
Siang ini cukup panas, seperti awal. Layaknya apa yang terjadi sekarang. Panas bukan karena udara tapi hati yang mulai terbakar karena keadaan. Sebenarnya aku heran, kaget dan kebingungan apa yang terjadi padaku. Mengapa begini atau mengapa akhirnya begitu, tapi aku baru menyadari kalau apa yang telah digoreskan untukku harus diterima dengan lapang dada. Karena inilah ujian Tuhan padaku dan aku bersyukur masih bernafas karena keberiannNYA. Tiba – tiba saat aku mulai berkhayal dan membayangkan sesuatu..
“ whoy......!!”
“ Koq bengong si bunda?”
“ Gak koq! Orang kangen sama kalian.”
“ alah dasar... !”
“ beneran koq!”
“ bunda ni ngayal deh, aku dan yang lain khan memang pantas untuk dikangenin.”
“ ya wis la....”
“ hahahaha......”
Mereka lalu duduk dan tertawa. Ada 4 orang diantara mereka. Dan kami belum satu bulan mengenal. Tapi entah mengapa mereka terasa begitu dekat denganku. Bahkan terlihat lebih. Tapi aku tak tau mengapa. Mereka seperti membahagiakan jiwa. Entah mengapa.
“ bunda koq bengong si?”
“ gak.... “
“ alah...sakit ya?”
“ gak koq.....”
“ tu... khan boong lagi tak panggilin.....!”
“ eit.... udah akh kenapa si..?”
“ putri.........! sini deh! Bunda ni sakit!”
Aku hanya bisa menutup mulutnya dan tertawa. Ia pun lalu tertawa. Tiga orang temannya datang dan memelukku. Mereka terlihat khawatir tanpa arti yang pasti. Tak tau mengapa. Aku hanya bisa menebak dan tertawa. Apa yang terjadi sekarang padaku atau juga pada mereka. Ada empat orang diantara mereka. Dua orang lelaki dan dua orang wanita. Kuanggap demikian. Mereka adalah dewi, putri, adi dan firman. Mereka benar –benar unik dan entah mengapa ada di kepalaku. Aku tak tau. Umur mereka cukup jauh dariku. Mereka kuanggap sebagai adikku. Mungkin karena aku anak tunggal dan ingin berbagi. Entah mereka menganggap aku wanita seperti apa. Aku tak peduli dan tak ingin peduli.
“ whoy.... !”
“ bunda.......!!!!! dipanggil adi tu!”
Aku tetap memandang jalan tak peduli. Lalu mereka hanya memandangiku dan ingin mengagetkan. Entah apa yang mereka baca dari otakku. Aku tak tau.
“ Bunda.........!!”
“ Weit......! Kenapa si kalian?”
“ Gak kenapa koq. Bunda aja yg aneh dan bener – bener membingungkan.”
“ alah…. Kata siapa? Dari hongkong bilang aku aneh! Kamu tu yang oon!”
Aku tetap ngoceh dan mencubit pipi putri. Ia kulihat seperti sedih tapi menahan perih di dalam hati. Tak mau mengapa tak ingin berbagi. Apa tidak ada satu orang pun dari kami yang bisa dipercaya atau tidak. Aku tak mengerti. Lalu aku melihat dewi, ia gadis yang cukup baik. Paling juga dalam otaknya hanya baju ungu dan lelaki tampan. Tidak ada yang lain. Mungkin yang aku pikir wajar, namanya juga remaja. Yang dia pikir hanya... Pacarannnnn aja!
“ Dewi.. ngapain kamu bengong?”
“……………………….. “
“ Dewi…..!!”
“ eit… kenapa bun?”
“ kamu tu lo… orang adi ada disini malah kamu bengong!”
“ bunda tu lo! Apaan si?”
“ alah…. Ngeyel kamu!”
“ bunda……….!”
Aku hanya tersenyum dan tak perduli kalau ia cemberut dan ngambek. IA begitu kesal kalau aku menggodanya dengan adi. Karena ia mungkin hanya menganggap adi sebagai teman. Hanya aku yang nakal dan suka menggodanya. Tiga orang yang lain hanya tertawa. Baik itu adi, firman atau putri. Mereka hanya tersenyum dan membiarkan semua itu. Mungkin hanya ingin membuatku bahagia. Walaupun aku tak begitu mengerti kepedihan mereka. Dan aku hanya bisa memandangi firman. Remaja yang masih harus banyak belajar tentang bagaimana menjadi seorang lelaki yang bijaksana. Ia baik. Dan masih sering suka kebingungan tentang jalan hidupnya. Apalagi Adi. Ia sering mengeraskan kepalanya dan masih harus belajar akan kesabaran. Keras bukan berarti kalah. Tapi senyum dan bijaksana bisa berarti kemenangan. Semoga saja ia mengerti. Ia remaja yang baik. Aku hanya berharap saat terakhir kali aku melihat adi, firman, dewi dan putri akan ada senyuman kemenangan dan kebahagiaan di wajah kalian.
“ udah akh! Kenapa si kalian bengong? Makan gi…!”
“ masih … penuh ni perutna… ! bunda ja doank!
“ dewi…. Jangan buandel deh!”
“ ye… bunda ni yang buandel..!”
“ Enak aja! Kamu tu yang oon!”
“ Kenapa gak yang lain aja disuruh mesen makan?”
Mereka hanya bengong dan melototi. Lalu aku memperhatikan mereka dan mulai menanyakan. Apa kesukaan mereka. Atau apapun yang mereka inginkan. Bagiku mereka hanya lembaran hidup yang baru aku buka. Entah masalah apa yang akan terjadi antara aku dan mereka. Yang aku tau aku hanya kesepian. Dan aku merasa nyaman diantara mereka hanya karena pribadi mereka. Remaja yang harus banyak belajar kehidupan. Remaja yang masih banyak ingin tau dan selalu ingin menang sendiri. Tapi apa mereka akan selalu merasa nyaman berada di dekatku? Entahlah…aku tak tau, dan aku tak ingin tau…
“ bunda…”
“ Kenapa wi…?”
“ Aku mau tanya sesuatu…!”
“ Apaan si?”
“ Mmmmm….. Jangan marah ya…. janji?”
“ Ya wis lah…”
“ Kalau ada yang jatuh cinta sama bunda gimana?”
“ Hehehe… kamu ni ada – ada aja! Siapa emang?”
“ Ya rahasia doank!”
“ Loh koq…! Orang aku belum nikah ya wajar lah ada yang jatuh cinta..”
“ Kalau salah satu diantara kita?”
“ Maksudmu?”
“ Misalkan adi?”
“ Haa??? Jangan ngawur akh!”
“ Hahahaha…. Kalau beneran gimana bunda?”
“ Kamu tu loh! Masak dia dan aku jatuh cinta? Ya gak mungkin lah…!”
“ Jangan ngomong gak mungkin bunda..Kalau beneran terjadi…!”
“ Maksudmu kamu nyumpahin aku? Enak aja!”
“ Ya gak lah bunda.. aku cuman bilang kalau misalkan adi jatuh cinta sama bunda, atau bunda dan adi pacaran gimana?”
“…………………………..”
Aku hanya bisa bengong dan membayangkan. Bagaimana kalau salah seorang diantara mereka yang aku anggap adikku jatuh cinta padaku. Kalau sikap diluar pekerjaan mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi kalau saat aku bekerja. Aku rasa akan jadi masalah. Masalah yang cukup besar! Aku masih membayangkan bagaimana seorang murid jatuh cinta terhadap gurunya? Guru yang mengajarkannya sendiri! Bertemu dengannya setiap hari dan akhirnya jatuh cinta? Ya Tuhan bagaimana bila ini terjadi padaku?
(aku hanya bisa tersenyum dan mengingat tawa indah kalian)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home